Yang dingin yang dingin yoo...😄
Patunye dekil banget eh😄...
Gw banget itu sih...
Eh..gatau
Ga mikirin "what's next" buat masa depan, mo gimana..suram
Punya rencana ? Satu pun gada..suram
Pengen punya apa ? Boro..mikirin dompet juga kaga, yg gw tau kerja...suram
Kalo ditanya "nyet.. kira-kira apa rencana di otak lo, apa ga, apa yg lo pikirin ?.. gada, gatau....suram eh
Gw cuman mikirin "sehat selalu buat gw maupun keluarga gw, dijauhin dari penyakit" ya..tu doang
Gw tu agak benci ama momen sekarang ni, gw ga bisa ngeplaning, gabisa "eh kemana ya", gabisa "eh gini enak x ye atau eh pengen ini ah"..semua nya serba "tai doangan" jadi.. gada...gatau...suram
Eh lo tau TAI ga ? Itu tu yang bau dah gitu iiiiii..jiji...gada yg mau kena Tai...nah ini momennya....tai
Mandiin noni sang nyonya besar (di PetStation BSD City) https://www.instagram.com/p/Cr0-ek5SR_ulGa_zhcLD-IZze9aMANBgtin9mM0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
Satuju boeng😄...toss dulu🤜🤛
Yeah...maja dikit ahhh😄😄
That one time I realized confused, non-Japanese people make riceballs with vinegary SUSHI RICE which is a big no-no so i made an entire tutorial on how to prepare them ft an OC
I mean… you do you but it’d be like making chicken noodle soup with beef-stock instead of chicken
Keren...🐵
Kata orang Jogja itu Istimewa, saya sepakat. Jogja sudah istimewa di hati saya jauh sebelum takdir membawa saya untuk tinggal di dalamnya.
Tahun 2012, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Jogja saat acara study tour kelas akhir SMP. Penginapan, Gudeg, Kraton, Borobudur, Prambanan, Monjali dan tiap sudut kota nya yang saya jumpai meninggalkan kesan dan cerita yang manis. Walaupun saat itu tempat-tempat yang dikunjungi adalah tempat mainstrem para turis domestik a.k.a pelajar study tour datang ke Kota Jogja. Hahaha.
Tahun 2018, saya landing di Jogja saat hendak menjenguk Muthi di Solo. Lagi-lagi berkesan sekali. Waktu itu setelah dijemput di Bandara Adi Sutjipto, saya langsung menuju St. Tugu untuk beli tiket kereta prameks menuju Solo. Sambil menunggu jam keberangkatan, saya diajak jalan ke Malioboro, makan eskrim dan foto-foto dijalanan ala turis pada umumnya. Tapi suasana Malioboro yang terekam dalam ingatan saya pada saat itu, jauh berbeda dan sudah banyak berubah dengan suasana Malioboro pada hari ini. Its very memorable. Jogja-Solo-Jogja lagi dan ini baru liburan, saya diajak keliling Jogja dan yang paling terekam adalah jalanan special untuk kendaraan roda dua a.k.a jalan ring road yang terpisah untuk mobil dan motor. Hahaha. Banyak cerita lain yang saya lewati, di beri surprise ulang tahun oleh Bona & Tirta, sampai diantar ke Bandara untuk kembali ke Jakarta.
Tahun 2021, setelah banyak drama dan rencana akhirnya takdir membawa saya kembali ke kota ini, Kota Jogja. Dari banyaknya impian yang pernah saya tulis, sekalipun saya tidak pernah bermimpi untuk sampai dan tinggal lebih lama di kota ini. Tapi seperti ini lah alur kehidupan yang tidak bisa ditebak kemana arahnya, tugas manusia hanya berdoa dan berusaha.
Tepat setahun yang lalu, saya datang ke Jogja dengan harapan dan mimpi yang baru. Mungkin di mata orang, Jogja terkenal istimewa karena Jogja merupakan kota wisata yang tidak pernah sepi pengunjungnya, atau karena saat datang ke Jogja kenangannya tidak akan dilupa atau karena pernah jatuh sekaligus patah hati di kota ini. Hahaha. Tapi menurutku, Jogja istimewa sebab sejarah, budaya, suasana juga orang-orang di dalamnya yang tidak akan pernah saya jumpai di kota lainnya wkwk ya iyalah. Daerah Istimewa is Only Yogyakarta. Itulah sebabnya, saat datang pertama kali yang saya bayangkan selain dari gedung kampus itu adalah how can I learn about Jogja and all the history, traditions, also about culture.
Jogja menjadi daerah istimewa yang dipimpin secara turun-temurun, Jogja memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus wilayahnya sendiri. Karena pemerintahan Jogja masih tetap berada di tangan Sultan dan Adipati yang bertahta.
Setelah setahun saya hidup di kota ini, saya banyak belajar juga banyak bersyukur. Sebab yang saya lalui ini mungkin jadi mimpi bagi orang lain dan yang saya lalui ini tentu jadi pengalaman juga bekal bagi kehidupan saya dikemudian hari.
After finishing the study and just waiting for graduation, I thought I should spend my time to learning about what I mentioned earlier. Learn everything about Jogja that I dont know before, hehe.
Seperti garis imajiner Jogja yang baru saya tau, yaitu garis yang memanjang dari utara ke selatan yang menghubungkan Gunung Merapi di utara dengan Pantai Parangkusumo ataupun Pantai Parangtritis di selatan melewati Kraton Yogyakarta. Garis ini memiliki makna filosofis yang sangat tinggi di kesultanan tersebut dan menjadi salah satu acuan tata kota dari wilayah yang dilewatinya. Selain itu, keberadaan garis imajiner ini menjadi keunikan tersendiri bagi Kota Yogyakarta dari kota-kota lainnya, termasuk kota-kota peninggalan Kesultanan Mataram yang lain. (source: wikipedia)
Dan setelah saya tahu tentang garis ini, saya langsung coba buka google maps dan mengukur-ukur sendiri hehe. Disaat yang bersamaan, saya berdecak kagum dan ter wah-wah dengan filosofi ini. Setelahnya saya coba jalan dari Tugu Golong Gilig menuju Alun-Alun Utara melewati Keraton lalu ke arah Alun-Alun Selatan dan berakhir melewati Panggung Krapyak. Masya Allah, Jogja semakin istimewa di mata saya. Lain waktu, saya akan coba cerita lebih jauh mengenai filosofi garis imajiner ini. Mudah-mudahan nggak lupa dan nggak mager tentunya. Hahaha.
Merci Jogja, pour cette bonne année. Biar agak keren, makasihnya ditulis pake French aja, seperti judulnya; Un an à Jogja.
21 Juni 2022
Zeroun stay home nya😁
Hmmm, baiknya
i learned about the Seiryu Miharashi station in Japan, a train station with no entrances or exits, no roads or paths to connect it, all it serves is a platform for the train passengers to step out and admire the valley (x)