149. CARA ALLAH MENJAGAMU | Riyaadhushshaalihiin

149. CARA ALLAH MENJAGAMU | Riyaadhushshaalihiin

Bismillah...

Tidak jarang banyaknya masalah hidup seringkali diri berprasangka yang tidak-tidak terhadap Allah (astaghfirullah, semoga Allah ampuni). Namun nyatanya kita yang sesungguhnya tidak paham akan hakikat penjagaan Allah terhadap hambaNya.

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ 

“Jagalah hak Allah niscaya Allah jaga dirimu”

Bentuk penjagaan Allah terhadap hambaNya dapat berupa hal duniawi ataupun perihal agama dan keimanan seseorang. Dari sisi duniawi, Allah akan jaga fisik, jasmani, kekuatan, akal sehat, bahkan keturunan seseorang. Dari sisi agama, Allah akan palingkan daripadanya kemaksiatan, kemungkaran, dan kekejian.

Contohnya ada di Q.S Yusuf: 24, disaat keduanya, istri al-aziz maupun Nabi Yusuf berkehendak, Allah palingkan Nabi Yusuf dari kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba Allah yang terpilih.

Allah itu bisa jaga kita dari arah yang kita tidak duga karena Allah itu Al-’Alim, Yang Maha Mengetahui. Sebagai pengingat bahwa disaat kita menginginkan penjagaan oleh sebaik-baik penjaga sudah semestinya kita menjaga hak-hak Allah.

More Posts from Aazahras and Others

3 years ago

Futur

Setelah berminggu-minggu dengan kesibukkan, setelah datangnya banyak masalah, nyatanya baru sadar, “futur bgt ya aku”

Sudah kurang lebih 1 bulan lalu menonton video kajian dan tiba-tiba muhasabah, “sesibuk itukah sampe gabisa ngeluangin waktu untuk setidaknya 1 jam?” sepertinya tidak. Diingat-ingat, beberapa waktu kebelakang aku masih sempat scroll ig, masih sempat nonton film, bahkan masih sempat juga update status

Disaat diri mulai menjauh, mungkin itu caraNya untuk membuat hambaNya kembali. Karena memang dengan begitulah manusia baru sadar betapa lemah dan butuhnya ia pada Zat yang Maha Berkuasa

Ya Allah, kukuhkanlah langkah, hati, dan pikiran ini agar tetap dijalanMu dan berikanlah keberkahan atas apa-apa yang dijalani. Aamiin


Tags
9 months ago

Melangitkan mimpi

tepat saat ini aku merasa rindu untuk bermimpi. walaupun dulu sepertinya banyak takut dan ragunya. sekarang sepertinya mimpi itu bahkan bukan lagi takut atau ragu, melainkan tidak ada? boro-boro mikirin mimpi, seringnya berkutat dengan emosi yang seringnya mengganggu.

dulu, ditengah lelahnya menjalani proses belajar, terselip mimpi2ku dalam doa.

sekarang, rasanya aku mudah sekali berprasangka. padahal inginnya, aku tidak mengikuti emosi itu.

tapi mungkin ini seninya.

menjalani hidup tanpa harus banyak menuntut. dan bukankah prosesku belum selesai?

mimpiku detik ini: semoga proses ini tidak sia-sia. smoga aku terlahir menjadi orang yang lebih dan lebih bijak dalam menghadapi hidup. dan smoga kebaikan akan slalu menyertaiku.


Tags
2 years ago

Menjadi baik

Katanya, kita hrs jd org baik

Katanya jg, jd org jgn terlalu baik

Pertanyaannya, apakah baik mengenal batasan?

"Jgn terlalu baik, nanti dimanfaatin"

Pernyataan yg mungkin ada benarnya. Namun, seolah menyalahkan sikap baik itu sendiri.

Apakah menjadi baik itu salah?

------

Menjadi baik, mungkin tidak selalu berbalas dengan kebaikan atau mungkin tidak dimaknai dengan sebuah kebaikan. Namun, bukankah menjadi baik tidak sesederhana mencari balasan kebaikan dari orang?

Menjadi baik, mungkin tidak semudah yang dibayangkan, tidak semulus yang diharapkan. Tapi semoga semua kebaikan yang dilakukan menjadi keberkahan atas apa-apa yg dijalani dan menjadi penolong atas kesulitan yang dialami.


Tags
5 years ago

JODOH

Baru mau mulai nulis bahasannya udah sesensitive ini. Wkwk. Dasar aku. Tapi gapapa semoga bisa ambil hikmah dari cerita ini.

Sore kemarin aku bareng ummi abi sehabis makan ngomongin masalah jodoh. Cukup panjang. Berawal dari “mi bi, mau cerita!” sesederhana itu.

Jumat bada ashar aku ke Salman selagi nunggu temen buat lari bareng di saraga. Emang udah di niatin sih. “Pokonya habis kelas nunggu lari, aku hrs ke salman buat nyelesaiin baca al-kahfi” gumamku. Hmm cari tempat yang agak sepi, akhirnya aku ngaji dibagian dalam masjid sebelah utara, di pojokan. Selagi membaca, aku mendengar perbincaraan 2 akhwat depanku. Intinya tentang jodoh. Bahasannya tentang nikah muda, habis lulus nikah, dan tiba-tiba ngungkit pasangan muda yang baru nikah kemarin. Iya, hawariyyun dan denahaura. Sumpah deh ngajiku agak ga konsen sebenernya. Untungnya dikit lagi dan setelah itu aku cabut akhirnya ehe.

Tentang pasangan yang baru kemarin banget menggenapkan setengah agamanya, aku mengambil pelajaran! Aku juga udah nonton vlog mereka dan kepoin keduanya. MasyaAllah. Walaupun keduanya punya background yang berbeda, yang satu anak santri dan yang satu anak hijrah, ternyata alasan mereka untuk menikah adalah tentang visi yang sama! Keren gasih? Udah paling bener deh, masalah cantik ganteng, duit, jabatan itu tuh ga jadi ukuran pasti seberapa kuat buat bisa survive bareng ngelewatin cobaan rumah tangganya nanti. Emang paling bener deh, tujuan yang dijadiin alasan. Ya karena tujuan tuh gakenal waktu, selagi bisa saling nguatin dalam hal keimanan. Bukankah mengapa itu yang menjadi alasan kita untuk bertahan?

Setelah ngomongin pasangan muda itu, tiba-tiba penasaran sama cerita ummi abi bisa sampe bareng tuh gimana. Lucu sih. Tentang temen-temen ummi yang ganyangka bakal jadi sama abi karena ga seintens itu interkasi keduanya, ummi yang ternyata punya temen yang mirip banget sampe kadang abi ketuker, sampe abi pernah mimpiin ummi. 

Diakhir tiba-tiba ummi kasih pesen. Intinya gini,

“Jodoh itu emang cerminan diri kita tapi keimanan seseorang gabisa dinilai pake kacamata manusia.”


Tags
2 years ago

Menjadi tahu

Terjerat dalam kompetensi yang membuat manusia terdidik serasa dikejar dengan angka diatas kertas, terdengar bukan hal yang baik. Dorongan keingintahuan yang seharusnya menjadi bahan bakar serasa terlupakan. Padahal tidak ada yg bisa menggantikannya untuk mendapatkan hasil berupa ilmu.

Apa salahnya menjadi terpaksa? Bisik batinku sesekali.

Sekarang tahu betul, terpaksa membuat hal yang didapat mudah sekali pergi. Kurang atau bahkan tidak meninggalkan bekas.

Lalu bagaimana agar tidak terpaksa? Jawabannya akan beragam dari manusia terdidik. Itu tentang cita yang ingin diraih, tentang bentuk kontribusi yang ingin diberikan. Walaupun sebenarnya, belum semua bisa diluruskan. Namun semoga bisa segera disadarkan.


Tags
3 years ago

Tentang harap

Hari ini ngerasa cape banget dan berakhir bete. Apa itu tanda ketidakikhlasan? Jangan sampaii

Hari ini juga ngerasa sedih. Hati perempuan mudah sekali ya tersentuh dg hal-hal yg mungkin baiknya tidak untuk dimaknai lbh, biar ga cape

Tentang perasaan2 yg berkemelut hari ini, sebenarnya hanya berharap diri untuk tenang, bahagia, dan bersyukur. Berharap diri bs lbh mudah untuk mencari kebahagiaan sederhana tanpa banyak menuntut. Menuntut dimengerti, menuntut diringankan bebannya, apalagi menuntut adanya keberadaan org lain

Lagi-lagi tentang harap. Semoga semua harapan dari ikhtiar yang baik akan terwujud diwaktu yg tepat, tentu dg skenarioNya

وَاصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan (Q.S. Hud:115)


Tags
3 months ago

Akhir-akhir ini kegiatanku banyak, mulai dari hal baru sampe hal yang bikin panik menegangkan. Rumah sekarang hanya untuk istirahat. Ternyata 24 jam dalam sehari itu kurang ya untuk memenuhi ego yaitu mengikuti banyak kegiatan.

"Aku pengen ikut ini karna belum pernah. Aku belum ngerjain ini jadi aku mau ngerjain ini dulu. Minggu depan ada ini, ikut yuk?!" daaan masih banyak lagi. Gahabis-habis ya ternyata? Sebenernya gasalah dengan rasa keinginan itu, cuma sepertinya perlu dibatasi dengan prioritas dan porsi. Nyatanya diri juga punya hak loh untuk istirahat.

Untuk hal-hal yang terlewati, alhamdulillah tsumma alhamdulillah dan untuk hal-hal yang direncanakan kedepannya, bismillah yaa✨

Semoga Allah meridhoi lelah kita dan memampukan kita dalam menjalani lika liku kehidupan ini, aamiinn.

1 year ago

Makna Rezeki dan Syukur

puasa kemarin aku beberapa kali bukber bersama temanku, mulai dari teman sd sampai kuliah. seperti biasa kami life update. seru banget jadi tau "oh dia disini" atau "dia sekarang udah gadisini" dan masih banyak lagi.

tiba-tiba terlintas perasaan: ko aku gini-gini aja ya?

beberapa minggu setelahnya baru terpikir bagaimana bisa aku memiliki perasaan itu. sepertinya berawal dari aku yang membandingkan pencapaian diri dengan temanku. lebih jelasnya dari seberapa besar materi yang didapat.

semenjak lulus tahun 2022, tidak sedikit teman-temanku yang sudah menjadi "orang" dengan pencapain materi yang fantastis. padahal pada masanya, kami duduk dikelas yang sama. terkesan menyedihkan tapi nyatanya, tidak juga.

jika materi yang dijadikan standar sudah barang pasti itu menyedihkan. tapi ternyata itu bukan hanya tentang materi tapi tentang rizq (rezeki).

rezeki itu luas dan materi itu hanya bagian dari rezeki. materi yang berlebih jika dibandingkan dengan materi yang cukup ditambah kenikmatan yang banyak sekali seperti sehat, keberadaan keluarga, waktu yang cukup, sepertinya sepadan atau bahkan lebih besar.

ingat betul umi pernah bilang "mungkin umi kerja gini-gini aja tapi setidaknya umi bisa nguliahin 2 anak umi sampe selesai"

betapa mudahnya ia melihat kebaikan yang Allah berikan dan perlunya aku belajar darinya tentang syukur.

perlu digarisbawahi bahwa makna syukur tidak sama dengan pasrah. menurutku syukur itu perlu hadir disaat kita sudah ikhtiar semaksimal mungkin. wallahu 'alam.

semoga kita bisa terus menjadi hambaNya yang mau berusaha dan bersyukur✨ aamiin


Tags
3 years ago

464. MENJADI ORANG YANG BERUNTUNG | Riyaadhush Shaalihiin

Bismillah...

Kalau dipikir semua org pasti pengen jd beruntung. Beruntung jd ini ataupun dapet ini itu. Enak yhaa... karena dihidup ini terlalu banyak hal yang gabisa kita kendalikan. Ternyata kuncinya ada di Q.S Ali-Imran:104

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung”

Definisi dari kebaikkan itu sendiri adalah hal-hal yang bermanfaat baik didunia maupun diakhirat. Oiya, mengajak juga perlu ilmu. Ilmu itu luas begitupun kebaikan

Semoga Allah mudahkan kita untuk mengajak kpd kebaikan, sekaligus pengingat diri juga agar selalu melakukan hal baik...


Tags
4 years ago

How is it like being a mother?

Pandemi membuat banyak perubahan bagi banyak orang, termasuk aku. Keadaan rumah, orang sekitar, bahkan suasana hatipun dengan mudahnya berubah. Lagi-lagi pandemi. Yasudahlah emang bisa apa?

Pagi itu tidak seperti biasanya harus bangun lebih pagi. Aku yang punya kebiasaan tidur setelah subuh parah banget gaboleh ya gais dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kebiasaan itu gabisa dilakukan lagi. Susah pake banget. Menggerutu, cemberut, nguap2. Kondisi pandemi ini menyebabkan umi pada akhirnya memutuskan buat gabalikin bibi kerumah untuk ngerjain pekerjaan rumah. Alhasil beginilah. Anak perempuan pertamanya menjadi andalan.

Maghrib kala itu kami dikumpulkan bersama oleh umi. Gabiasanya. Disitu umi cerita tentang keputusannya buat ga balikin bibi kerumah dan pembagian tugas anak-anaknya dirumah. Ditutup dengan “Teteh ikhlas ya?”

Pekerjaan yang pada awalnya terkesan sederhana ternyata tidak sesederhana itu, apalagi pada awalnya dengan aku yang tidak terbiasa. Apa bisa? Waktu berlalu tak terasa, terlewati beberapa bulan. Kebiasaan melakukan pekerjaan rumah sudah menjadi rutinitas ternyata. Tak disangka. Membagi waktu dan membuat timeline harian ternyata juga sudah menjadi kebiasaan. Tak disangka. Lelah bercampur makan hati diawal ternyata membuahkan rasa haru dan bangga. “Alhamdulillah kamu bisa!” Yang awalnya hanya mengandalkan telor ceplok atau mie kuah sekarang bisa masuk sayur dan lauk pauk. Tidak mewah tapi cukuplah membuat hati bahagia dengan “Wih sekarang masakan teteh enak ya!”

Tak sampai disitu, ternyata cobaan lain juga bermunculan. Selain pekerjaan rumah, urusan adik-adiknya pun menjadi tanggung jawab, bantuin belajar dan bangunin sekolah. Lagi-lagi tidak semudah itu ya. Suasana hati yang kala itu tidak bisa berdamai dengan ketidakidealan kondisi membuatnya marah. Marah sejadi-jadinya.

“Teteh kalau kesel gausah bantuin umi gapapa, umi masih bisa ko” tertampar sekali dengan ucapan umi pagi itu. Aku yang baru beberapa bulan dengan rutinitas baru ini bisa-bisanya mengeluh, bisa-bisanya marah. Rasa bersalah memenuhi hati karena sadar tidak selayaknya menyalahkan keadaan. Diri ini sudah lagi bukan anak kecil. Ayo sadarlah.

Rasa bersalah itupun akhirnya mendorongku untuk meminta maaf pada umi. Menangisi keadaan diri yang masih belum bisa menyikapi situasi dengan sebaik-baiknya. Meluapkan semua masalah rumah termasuk adik-adik yang sungguh tidak mudah. Umi dengan kekuatan seorang ibu dengan bijaknya menjawab keluhanku. “Banyak banget PR umi, Teh. Nanti teteh sebelum nikah, banyakin ilmu dulu ya”

Ternyata latihan jadi ibu aja gamudah, apalagi menjadi the real ibu? Bukannya menakuti. Hanya menjadikan bentuk renungan untuk lebih memaknai proses pernikahan serta tanggung jawab yang akan diemban jadi... bisa mempersiapkannya dengan matang dan pada akhirnya bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya


Tags
Loading...
End of content
No more pages to load

16 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags